Pembelajaran Kooperatif


2.1. Pembelajaran Kooperatif

Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002: 12). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.

Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni pengelompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.

2.1.1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :

1. Belajar dengan teman.

2. Tatap muka antar teman

3. Mendengarkan diantara anggota

4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5. Belajar dalam kelompok kecil

6. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat

7. Siswa membuat keputusan

8. Siswa aktif

Sedangkan menurut Johnson dalam Ismail (2002: 12) belajar dengan koopertif mempunyai ciri :

1. Saling ketergantungan yang positif

2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu

3. Heterogen

4. Berbagi kepemimpinan

5. Berbagi tanggung jawab

6. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan

7. Mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial

8. Guru mengamati

9. Efektifitas tergantung kepada kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakanpendapat dan membuat keputusan secara bersama.

2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.

3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.

Menurut Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut :

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2.1.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai :

1. Hasil belajar akademik.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Pengakuan adanya keragaman.

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.

3. Pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

2.1.3. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama meraka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya. Untuk lebih jelasnya mengenai fase-fase pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi dalam model cooperative learning tersebut diuraikan seperti berikut ini :

a. Student Teams-Achievement Division (STAD)

b. Teams-Games-Tournaments (TGT)

c. TAI (Team Assisted Individualization)

d. Jigsaw

e. Think-Pair-Share (TPS)

f. Numbered-Head-Together (NHT) dan sebagainya

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah laku Guru

1

2

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pe-lajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat ba-han bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

Belajar

Guru menjelaskan kepada siswa ba-gaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar mela-kukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tu-gas mereka.

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mampresentasikan hasil belajarnya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk meng-hargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

a. STAD /Student Teams Achievment Division/Tim Siswa-Kelompok Prestasi

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. Skor yang didapat hingga mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan yang lain.

b. TGT/Pertandingan-Permainan -Tim

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Permainan disusun dari pertanyaan­pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas. Permainan dilakukan di meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan setara. Permainan itu berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka dan setiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan angka tersebut. Skor kelompok diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk dikomulasikan. Turnamen ini dapat berperan sebagai review materi pelajaran.

c. Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut (Suyitno, 2002:9).

Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa,

2. placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu,

3. student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya,

4. team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya,

5. team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas,

6. teaching group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok,

7. facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil bardasarkan fakta yang diperoleh siswa,

8. whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Suyitno, 2002:9).

c. Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan anggota kelompok 5 atau 6 orang heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi dalam beberapa sub bab. Sebagai misal, Bab Sistem Pencernaan Makanan dapat dibagi menjadi sub bab: Karbohidrat, Protein, Lemak dan Vitamin. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk membaca sub bab yang yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota kelompok atas kajian di kelompok ahli. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap temani satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi dikelompok asal siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

d. TPS/Think-Pair-Share/ Berpikir-Berpasangan-Berbagi

Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada individu.

Tahapan TPS (Think-Pair-Share):

Tahap 1. Thinking (berpikir) : Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat..

Tahap 2. Pairing (berpasangan): Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap 1. Pada tahap ini diharapkan digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3. Sharing (berbagi) Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan demi pasangan.

e. NHT/Numbered-Head-Together/Penomoran-Berpikir-Bersama

NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan TPS. Sebagai ganti dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:

1. Tahap Penomoran : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang. Dan masing-masing anggota diberi momor 1 sampai 5.

2. Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan pada siswa.

3. Tahap Berpikir Bersama : Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya untuk menjawabnya

4. Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

1. Tetap berada dalam kelas

2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru

3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok

Langkah 3. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 5. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.

2.3. Pengertian Belajar dan Mengajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1993:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses yang aktif memerlukan dorongan dan bimbingan kearah tercapainya tujuan yang dikehendaki. Nasution (1995:35) mengatakan bahwa : “Belajar membawa perubahan pada individu yang belajar, perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan para ahli di atas tentang belajar, semua menekankan pada perubahan tingkah laku manusia. Seseorang mempelajari sesuatu dan aktif dalam kegiatan itu tingkah lakunya tidak berubah, orang tersebut belum dapat dikatakan belajar.

Sedangkan mengajar adalah : “suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat terjadi, untuk keperluan tersebut seorang guru seharausnya membuat suatu sistim lingkungan sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sunaryo, 1989 : 10).

Dengan demikian, istilah mengajar dalam pengertian ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan efektif, bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar yaitu siswa, guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, serta lingkungan saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.

Belajar yang efektif akan melahirkan kecakapan-kecakapan ketrampilan yang fundamental. Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental, karena tanpa kesiapan mental ini para siswa pada umumnya tidak dapat bertahan dalam kesulitan yang dialami selama belajar. Kesiapan mental tersebut merupakan keterikatan terhadap tujuan belajar, minat terhadap pelajaran dan kepercayaan pada diri sendiri.

Belajar dikatakan sukses apabila dari peserta didik dapat diharapkan didalam kegiatan belajarnya suatu hasil yang tinggi, yang berupa nilai-nilai dan tingkah laku yang bagus dan memuaskan. Seseorang yang ingin berhasil dalam belajar maka ia harus mengetahui tentang prinsip belajar sebagaimana dikemukakan oleh Anomymous (1984 : 319) yang meliputi :

a. Bahwa dalam belajar dibutuhkan dorongan atau motivasi.

b. Harus dapat memusatkan perhatian

c. Untuk lebih menghasilkan penyerapan ilmu, sebaiknya materi yang telah diajarkan harus selalu diulang-ulang.

d. Harus diyakini bahwa semua yang dipelajari akan berguna kelak.

e. Dalam belajar perlu adanya istirahat

f. Hasil belajar dari suatu pelajaran dapat digunakan untuk mempelajari pelajaran lainnya.

g. Hasil belajar yang telah diperoleh dicoba untuk diutarakan kembali.

h. Hal-hal yang menghambat pelajaran misalnya : rasa takut, benci, malu, marah dan kesal harus dihindari.

Demikian juga halnya dengan pendapat Sardiman (1986 : 230) tentang belajar yaitu :

Belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak karena berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut perubahan segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan dan skill yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah.

2.4. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa menurut Poerwodarminta (1988 : 700) adalah “Pengusaan pengetahuan atau ketrampilan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru”.

Prestasi dapat diartikan hasil belajar dari suatu kegiatan, Winkel (1996 : 164) mengemukakan bahwa: “prestasi sebagai suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai”. Dari pengertian prestasi tersebut selanjutnya Winkel mengartikan prestasi belajar sebagai berikut : ”Prestasi belajar sebagai suatu bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam memperoleh suatu perubahan, cara bersikap, bertingkah laku yang baru, bertindak cepat dan cepat secara optimal setelah proses belajar mengajar berlangsung”.

Prestasi belajar menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh anak didik dalam menerima, mengolah dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh sebab itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.

2.5. Pengaruh Lingkungan terhadap Prestasi Belajar Siswa

Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup, baik yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal balik. Didalam lingkungan anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa.

Baik buruknya lingkungan di sekitar anak merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan prestasi belajar anak (siswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Berikut hambatan yang dihadapi siswa dalam proses belajar.

2.5.1. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah

Hambatan terhadap kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa, akan tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga itu sendiri. Sebab-sebab dibawah ini bisa menimbulkan hambatan kemajuan studi antara lain :

a. Cara memberikan pelajaran.

Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan pelajaran dan bimbingan sering sekali besar pengaruhnya terhadap siswa, dalam menyelesaikan studinya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian pengajar yang memberikan materi pelajaran kurang didaktif, tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti dengan materi yang diberikan, tanpa memberikan kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada siswa.

b. Kurangnya bahan bacaan.

Sering kita temui siswa mengeluh, dikarenakan mereka dituntut dengan sejumlah tugas, dan diwajibkan mmembaca sebagian buku. Dari percakapan mereka dapat ditarik kesimpulan, bahwa siswa bukan tidak sanggup mengerjakan tugas dan bukan tidak mau membaca buku-buku wajib. Akan tetapi kurangnya bahan bacaan atau buku diperpustakaan. Kesukaran ini menyebabkan mengganggu kelancaran proses belajar siswa.

c. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan.

Penyusunan bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan para siswa akan menghambat studi mereka. Ketidak sesuaian ini dapat berarti sesuai dengan taraf pengetahuan mereka.

2.5.2. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Keluarga

Sebagian besar waktu belajar anak dilaksanakan di rumah, karena itu aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan prestasi belajar siswa.

Ada beberapa hal mempengaruhi prestasi anak yang bersumber dari lingkungan keluarga antara lain :

a. Kemampuan ekonomi.

Masalah biaya menjadi salah satu faktor dalam menempuh pendidikan, kurangnya biaya sangat mempengaruhi kelancaran studi. Kurangnya ekonomi keluarga akan menimbulkan kelesuan dalam diri siswa sehingga motivasi belajar menurun.

b. Masalah Broken Home.

Siswa yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri siswa dan akan menghambat proses belajar.

c. Kurangnya Kontrol Orang Tua.

Pada umumnya kebanyakan siswa mengatakan bahwa ia sudah dewasa, namun pengawasan orang tua tetap diperlukan. Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Pengawasan yang kurang inilah bisa menimbulkan kecendrungan adanya bebas mutlak pada sekelompok siswa. Dalam hal ini sangat tidak menguntungkan bagi siswa itu sendiri, pengawasan tidak berarti menghambat atau menekan, akan tetapi mendorong dan membimbing ke arah yang positif, agar tercapai prestasi belajar yang tinggi.

2.5.3. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan ketiga bagi perkembangan jiwa siswa setelah keluarga dan sekolah, didalam masyarakat siswa menerima berbagai macam penggaruh. Tetapi pada umumnya masyarakat tidak akan menghalangi kemajuan studi para siswa bahkan sebaliknya mereka membutuhkan tenaga-tenaga yang trampil untuk membantu masyarakat. Beberapa aspek yang bisa mengganggu kelancaran studi siswa dalam masyarakat :

a. Tidak mempunyai teman belajar bersama.

Teman dalam belajar besar artinya bagi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas di luar sekolah. Teman bagi siswa mempunyai manfaat dalam belajar, berdiskusi memberikan bantuan dalam kesukaran belajar dan saling mem-berikan motivasi, sehingga akan lebih bersemangat dalam belajar dan masih banyak lagi manfaat yang bisa diambil dari belajar bersama. Walaupun faktor ini tidak terlalu menentukan hasil belajar yang baik.

b. Gangguan dari jenis kelamin.

Pada dasarnya pergaulan sangat penting bagi siswa yang sedang tumbuh dan berkembang dalam masa pendidikan, akan tetapi pergaulan yang terlalu bebas juga sangat berbahaya, dimana akibat dari pergaulan ini dapat menimbulkan akses-akses yang lebih jauh, sehingga mengganggu kelancaran proses belajar siswa, apalagi jika terjadi putus hubungan kedua belah pihak pada umumnya menyebabkan kelesuan dalam belajar, studi menjadi terbengkalai dan akhirnya tujuan yang hendak dicapai menurun.

2.6. Fungsi Motivasi Dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai sumber penggerak dalam diri siswa sehingga menimbulkan gairah didalam melakukan aktivitas belajarnya, serta menentukan arah pencapaian hasil belajar yang akan diperoleh.

Mengenai pengertian motivasi Nasution (1982 : 76) mengemukakan bahwa “motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seorang akan ingin melakukannya, anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam belajarnya jika kekurangan motivasi”.

Menurut pendapat di atas anak yang gagal tidak begitu saja dapat disalahkan mungkin gurulah yang tidak berhasil memberikan motivasi yang dapat membangkinkan kegiatan pada anak. Memberikan motivasi bukan pekerjaan mudah karena motivasi yang berhasil, baik bagi anak-anak atau suatu kelompok belum tentu berhasil bagi anak-anak atau kelompok yang lain.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat intektual. Perannya akan khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar siswa. Di dalam kelas motivasi bersifat ganda, artinya disatu sisi dapat berpengaruh terhadap peristiwa belajar itu sendiri, sedangkan disisi lain dapat berfungsi dapat berfungsi dalam urusan pengelolaan kelas. Dalam urusan belajar intruksional motivasi dapat menggalakkan rasa ingin tau (coriusty drive), rasa ingin memahami dan berhasil (completency drive), dan rasa bekerja sama (reciprocity drive) pada siswa sedangkan dalam urusan pengelolaan kelas motivasi dapat berpengaruh dalam mengatur tingkah laku siswa. Hakekat pengelolaan kelas tidak lain adalah menyediakan kondisi yang optimal terjadinya proses belajar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar motivasi berfungsi :

a. Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.

b. Menggiatkan semangat belajar siswa.

c. Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar.

d. Mengikat perhatian siswa agar senantiasa terikat pada kegiatan belajar.

e. Membantu siswa agar mampu dan mau menemukan dan memiliki jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan belajar maupun hidupnya dimasa mendatang.

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi, cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya unuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi menunjukkan suatu hal yang sangat berguna bagi suatu tindakan atau perbuatan belajar yang dilakukan seseorang siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman (1986 : 85) menjelaskan bahwa :

Motivasi dalam belajar mempunyai fungsi :

- Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

- Mmmenentukan aarah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

- Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi, guna mencapai tujuan-tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa motivasi belajar berfungsi uintuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar dan hasil akhir, menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, mengarahkan kegiatan belajar, memberikan semangat belajar, dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja secara bersinambungan.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, bagi guru motivasi berfungsi untuk :

1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam ragam.

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru sebagai pendidik.

4. Memberi peluang guru untuk memotivasi siswa untuk belajar sampai berhasil, dengan mengubah siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar.

Dengan adanya motivasi yang kuat dapat mendorong siswa melakukan usaha untuk meningkatkan prestasi belajarnya disekolah. Karena dengan motivasi itu dapat membuat seseorang siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif dan penuh konsentrasi.

2.7. Evaluasi (Penilaian)

2.7.1. Pengertian Evaluasi

Istilah pengukuran dan penilaian merupakan istilah yang satu sama lain erat hubungannya, namun keduanya tidak memiliki arti yang sama. Kedua istilah ini sering digunakan secara terbalik-balik sehingga dapat menimbulkan pengertian yang salah. Pengukuran yang bahasa asingnya adalah Measurement, dan evaluasi dalam bahasa asingnya adalah evaluation. Kedua istilah ini digunakan dalam pendidikan khususnya dalam lingkungan sekolah. Pengukuran mengandung arti yang bersifat kuantitatif, sedangkan penilaian bersifat kualitatif.

Dalam hal ini Arikunto (1993 : 3) mengemukakan : ”Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukurannya, ukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, penilaian kualitatif. Mengadakan evaluasi seperti kedua langkah di atas yaitu mengukur dan menilai”.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengukuran suatu proses belajar, dimana guru memperoleh gambaran secara kuantitatif taraf dimana kemampuan yang telah dimiliki siswa. Evaluasi dalam pendidikan di sekolah merupakan suatu penilaan yang ditujukan terhadap aspek pribadi siswa. Evaluasi yang dimaksud disini adalah evaluasi dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru bidang studi tertentu yang menyajikan mata pelajaran di sekolah.

Evaluasi tidak hanya untuk mengetahui hasil pelaksanaan proses belajar mengajar, tetapi juga untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik dalam proses belajar. Hasil evaluasi juga dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya.

2.7.2. Fungsi Evaluasi

Dari pengertian di atas, maka fungsi evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan dalam kurikulum. Sehubungan dengan hal ini Ali (1994 : 24) menyatakan bahwa :

Evaluasi sebenarnya merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan dan keefektifan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Secara terperinci evaluasi ini berfungsi untuk :

1. Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat menye-babkan siswa belajar.

3. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu.

4. Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi evaluasi dalam pendidikan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa semaksimal mungkin, juga sebagai kontrol terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.

2.7.3. Jenis - Jenis Evaluasi

Dalam rangka penilaian dan peningkatan mutu proses belajar mengajar seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum, diadakan kontrol terhadap hasil belajar. Sehubungan dengan hal itu Depdikbud (Anonymous, 1985 : 9) menggolongkan evaluasi dalam empat jenis, yaitu :

1. Penilaian formatif, berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

2. Penilaian sumatif, berfungsi untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar siswa.

3. Penilaian penempatan, berfungsi untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar pada program yang sesuai.

4. Penilaian diagnosis, berfungsi untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

2.7.3.1. Evaluasi Formatif

Evaluasi ini dilakukan terhadap prestasi belajar siswa setelah mengikuti program pelajaran. Pelaksanaannya dapat berbentuk pretest maupun posttest. Evaluasi ini berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar kearah yang lebih baik ataupun memperbaiki satuan program pelajaran yang telah digunakan. Tujuan dilakukan evaluasi formatif yaitu untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid terhadap bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran. Aspek-aspek yang dinilai pada evaluasi formatif adalah yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar siswa meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan. Waktu pelaksanaan evaluasi formatif ini biasanya pada akhir proses belajar mengajar, namun dapat juga dilakukan pada awal, pertengahan proses pengajaran

2.7.3.2. Evaluasi Sumatif.

Evaluasi sumatif ini dilakukan untuk menilai prestasi belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dalam satuan waktu, misalnya evaluasi tengah caturwulan, dan akhir caturwulan. Evaluasi ini berfungsi untuk menentukan angka/nilai siswa setelah mengikuti program pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun, atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan.

Selanjutnya evaluasi ini juga berfungsi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya. Tujuan dilakukan evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingakt keberhasilan siswa dalam menyelesaikan bahan pelajaran untuk satu caturwulan, semester pada unit pelajaran. Biasanya aspek-aspek yang dinilai pada evaluasi sumatif adalah kemampuan belajar, meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang telah diberikan. Waktu pelaksanaan yang tepat bagi evaluasi ini adalah pada akhir caturwulan, semester atau akhir tahun.

2.7.3.3. Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan ini dilakukan agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. Untuk menempatkan siswa pada kelompok, guru dapat menggunakan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pertimbangan (Arikunto, 1993 : 10-11 ; Nurkancana dan Sumartana, 1986 : 4 - 5).

2.7.3.4. Evaluasi Diagnostik dan Pengembangan

Yang dimaksud dengan hasil dari kegiatan evaluasi untuk diagnostik dan pengembangan adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya (Arikunto, 1993 : 10; Nurkancana dan Sumartana, 1986 : 4), berdasarkan pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.8. Sistem Saraf pada Manusia

Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi anggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron

Pada sistem saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain.

2.8.1. Organ Penyusun Sistem Saraf pada Manusia.

jaringan-sarafJaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tentang gambar jaringan saraf berikut :

Gambar 1. Jaringan Saraf

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1). Sel saraf sensori,

2). sel saraf motor, dan

3). sel saraf intermediet (asosiasi).

(1). Sel saraf sensori

(1). Sel saraf sensori

Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

(2). Sel saraf motor

Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.

(3). Sel saraf intermediete

Sel saraf intermediete disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

Setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar atau sistem saraf otonom, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut:

2.8.2. Sistim Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) Sistem saraf tepi adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.

Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Sistem saraf sadar ), dan (2) Sistem saraf tak sadar Kemudian berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

a. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal), untuk jelasnya dapat dilihat gambar 2 berikut :

Gambar 2. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8

2. Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12

3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.

b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.

c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

b. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Untuk jelasnya mengenai fungsi saraf otonom baik sistem saraf parasimpatik maupun sistem saraf simpatik dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Fungsi Saraf Otonom

Sistem Saraf Parasimpatik

Sistem Saraf Simpatik

· Mengecilkan pupil

· Menstimulasi aliran ludah

· Memperlambat denyut jantung

· Membesarkan bronkus

· Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan

· Mengerutkan kantung kemih

· Memperbesar pupil

· Menghambat aliran ludah

· Mempercepat denyut jantung

· Mmengecilkan bronkus

· Menghambat sekresi kelenjar pencernaan

· Menghambat kontraksi kandung kemih

2.8.3. Sistim Saraf Pusat

Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Selain itu kedua organ tersebut dilindungi oleh selaput yang terdiri dari jaringan ikat yang disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu: piameter, arachnoid dan durameter. Piameter, merupakan lapisan paling dalam yang banyak mengandung pembuluh darah. Arachnoid, merupakan lapisan tengah berupa selaput jaring yang lembut. Antara arachnoid dengan piameter terdapat rongga arachnoid yang berisi cairan. Durameter, merupakan lapisan paling luar, yang berupa membran tebal fibrosa yang melapisi dan melekat pada tulang.

otak-dan-kegiatannya

Gambar 3. Otak dan Kegiatannya

Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut :

1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.

2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.

3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)

2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

1. Otak

Secara garis besar Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pembagian daerah ini tampak nyata hanya selama perkembangan otak pada fase embrio. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 berikut :

Gambar 4. Bagian-bagian Utama Otak

Adapun bagian-bagian dari otak adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Otak Besar

Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur tubuh bagian kiri. otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks) yang berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit. Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus oksipitalis (bagian belakang kepala).

Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya. Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.

b. Otak tengah (mesencephalon)

Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.

c. Otak belakang

Otak belakang terletak di bawah lobus oksipital serebrum, terdiri atas dua belahan dan permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu: jembatan Varol (pons Varolli), otak kecil (serebelum), dan sumsum lanjutan (medula oblongata). Ketiga bagian otak belakang ini membentuk batang otak. Jembatan Varol berisi serabut yang menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan korteks otak besar. Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang, terdiri atas dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.

Gambar 5. Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu lanjutan dari medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang kedua (canalis centralis vertebrae).

Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.

Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak dua bagian yaitu bagian luar berwarna putih sedang bagian dalamnya berwarna abu-abu. Bagian luar berwarna putih karena mengandung dendrit dan akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam berwarna abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H. Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut disebut sayap ventral dan banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju ke efektor. Sedangkan sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung badan neuron sensorik.

2.8.3. Bagian-bagian Alat Indra dan Fungsinya pada Sistem Koordinasi.

Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada lima macam indera yaitu :

a. Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor).

b. Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya indera keseimbangan (statoreseptor).

c. Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor).

d. Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor).

e. Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor)

Tiap indera akan berfungsi dengan sempurna apabila :
1. Indera tersebut secara anatomi tidak ada kelainan
2. Bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik
3. Saraf-saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja dengan baik
4. Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja dengan baik.

a. Mata
- Letak mata didalam rongga mata yang dilapisi/beralaskan lapisan lemak.

- Mata merupakan penglihatan untuk menerima rangsang cahaya.

- Bagian mata yang peka terhadap cahaya adalah bagian bintik kuning yang terdapat pada lapisan retina.

- Kita dapat melihat benda setelah rangsang cahaya diterima retina tepat pada bintik kuning, kemudian rangsangan diteruskan oleh urat saraf otak ke pusat penglihatan di otak

Telinga

- Telinga adalah tempat beradanya indera pendengaran yang memiliki saraf pen-dengaran

- Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

- Pada bagian rumah siput tersebut terdapat ujung saraf yang berhubungan dengan pusat pendengaran

- Didalam telinga juga terdapat alat keseimbangan yang terletak pada tiga saluran setengah lingkaran.

Kulit

- Kulit berfungsi sebagai indera perasa dan peraba.

- kulit peka terhadap rangsang yang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan dan sakit/nyeri.

Lidah

- Lidah berfungsi sebagai indera pengecap.

- Indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas terbagi menjadi beberapa daerah yang peka terhadap rasa yang berbeda-beda (manis, pahit, asin dan masam).

- Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri.

Hidung

- Hidung berfungsi sebagai indera pembau.

- Ujung-ujung saraf pembau terletak pada selaput lender rongga hidung bagian atas, kerang hidung atas dan permukaan atas kerang hidung yang tengah.

- Pada ujungs araf pembau terdapat selaput lender yang berfungsi sebagai pelembab

- Bau yang busuk pada rongga hidung waktu kita menarik napas ditangkap oleh ujung saraf kemudian dibawa ke pusat pembau di otak sehingga kita dapat menerima rangsang bau.

Kelainan dan Penyakit Indera

Miopi atau rabun jauh
Yaitu kelainan pada mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh didepan retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu cembung atau garis tengash mata panjang. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa negatif

Hypermetropi atau rabun dekat
Yaitu kelainan mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh dibelakang retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu pipih atau garis tengah mata pendek. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa positif.

Presbiopi
Yaitu kelainan pada mata karena tidak elastisnya lensa mata untuk berakomodasi. Penderita kelainan ini biasanya menggunakan lensa ganda yaitu lensa positif dan lensa negative.
Rabun Senja
Kelainan pada mata karena defisiensi vitamin A. Akibatnya penderita kesulitan melihat benda saat terjadi perubahan dari terang ke gelap atau saat senja
Katarak
Yaitu mengaburnya lensa mata, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau juga facto
r usia.

Komentar

Postingan Populer