Celana ketat nan trend!

Celana ketat nan trend!
tak selamanya berbuah penampilan menarik dan seksi pada wanita.
Dengan penampilan seperti itu; justru bahaya bisa mengancam pemakainya.
Bahaya itu berupa penyakit keputihan yang kebanyakan jadi momok kaum Hawa ini.


KEPUTIHAN merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dialami. Normalnya, keputihan ini tidak berwarna atau bening, tidak berbau, tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan. Biasanya meningkat pada masa menjelang ovulasi, stress, emosional, dan saat terangsang secara seksual.

Begitu disampaikan ahli kandungan dr. Prita Muliarini SpOG. "Penyebab keputihan banyak faktor. Itu penting diketahui karena keputihan tidak normal bisa memicu kanker serviks," ucap Prita.
Namun dari perkembangan ter-baru, berdasarkan hasil penelitian Gaya Hidup sebagai Pemicu Terjadinya Keputihan Bentlang, yang baru saja ia selesaikan, penyebab keputihan juga ba¬nyak terjadi dari gaya hidup.

Celana Ketat Bikin Lembab Vagina
Diketahui faktor gaya hidup yang terdiri dari gaya berpakaian, bekerja, kebiasaan terhadap kebersihan lingkungan (sanitasi) dan pemakaian obat-obatan berpengaruh besar terhadap prevalensi keputihan.
"Kontribusi gaya hidup terha¬dap prevalensi keputihan sebesar 76%. Jadi cukup besar sekali dan perlu diwaspadai," ujar Prita.
Prita menyebut, kebiasaan menggunakan pakaian ketat ditambah dengan celana dalam nilon akan meningkatkan kelembaban dan suhu di daerah perineal (daerah bagian bawah Hang vagina). Kondisi itu bisa mempemudah tumbuh kembangnya jamur. Penggunaan busana kerja, seperti korset, stoking, atau pa¬kaian olahraga yang ketat dan terbuat dari bahan tidak menyerap keringat juga bisa menimbulkan keputihan.
Penelitian Prita itu mengguna¬kan metode survei dengan batasan ruang lingkup penelitian, wanita yang pernah mengalami ke¬putihan di Kota Malang. Sasaran penelitian terutama wanita Kota Malang yang pemah mengalami keputihan. Responden yang dilibatkan sejumlah 180 orang, terdiri dari 76 responden berusia 18-22 tahun dan 104 responden berusia 23-27 tahun.
Anggota badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat bagian reproduksi, ini menambahkan, bagi wanita yang sering mengguna¬kan pembersih vagina juga perlu mewaspadai. Karena tidak semua bakteri merugikan. Dan, secara alami, pada vagina sudah terdapat bakteri yang menyehatkan, karena berfungsi membunuh bakteri yang merugikan.
"Terlalu sering menggunakan sabun vagina akan mematikan bakteri yang menyehatkan. Selain itu, bahan kimia yang terkandung dalam sabun vagina dapat menyebabkan iritasi. Kare¬na kulit mulut rahim sangat tipis sehingga iritasi yang timbul dapat memicu abnormalitas sel" jelasnya.
Lebih lanjut Prita mengatakan, terlalu berlebihan menggunakan bahan bahan kimia tertentu juga dapat mengakibatkan keputihan. Misalnya larutan antiseptik yang digunakan untuk membilas da¬lam vagina." Jika digunakan ber¬lebihan dapat membunuh mikro-organisme dalam vagina dan akan menimbulkan mikro-organisme abnormal. Itu bisa menim¬bulkan inveksi di daerah vagi¬na," ujarnya.
Perlu diketahui juga, lanjut Pri¬ta, penggunaan obat-obatan ter¬tentu dalam waktu lama dan ber¬lebihan juga dalat mengakibat¬kan terjadinya keputihan. Pada beberapa keadaan tertentu seperti perubahan hormonal pada kehamilan dan penggunaan pil KB, obat-obatan seperti steroid dan antibiotik.
Dalam kesempatan ini Prita menyarankan, untuk membersihkan organ intim sebaiknya menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Lebih penting juga, menghindari pe¬makaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari.
"Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan akhimya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu (vagina)," ucapnya. Penting juga, selalu mengeringkan bagian vagina sebelum berpakaian dengan menggunakan celana dalam yang kering. (hap/nen/war) Radar Malang-Edisi 19-Peb-09’

Komentar

Postingan Populer