Tiga Cara Berdakwah
Tiga Cara Berdakwah
Sabtu, 01 Mei 2010, 05:35 WIB
ilustrasi
Oleh Hamdi SSos
''Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.'' (QS Al-Anbiyaa : 107). Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia. Dalam berdakwah, Rasul SAW senantiasa mengajak umatnya dengan cara yang lembut, sopan, bijaksana, kasih sayang, dan penuh keteladan.
Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman. Dalam Alquran, Allah SWT memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara, yakni bil hikmah, mau'izhah hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan. ''Ajaklah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (bijaksana), pelajaran (nasihat) yang baik, dan cegahlah mereka dengan cara yang baik.'' (QS An-Nahl: 125).
Karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan segala bentuk praktik kotor dengan mengatasnamakan dakwah. Misalnya, memanipulasi atau menjual ayat-ayat Allah demi keuntungan sesaat, mengeksploitasi potensi umat demi kepentingan pribadi atau melakukan pemaksaan dan tindakan anarkis atas nama agama.
Dalam berdakwah, Rasulullah SAW mendahulukan prinsip rahman (kasih sayang), karena beliau diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiyaa : 107). Sebab, dengan cara ini, metode dakwah lebih berjalan efektif untuk memberikan kesadaran umat.
Seorang pemuda pernah bertemu dan bertanya pada Rasul SAW. ''Ya Rasulullah, izinkan saya berzina.'' Rasul memandangi pemuda tersebut dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya berdialog. ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada ibumu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah,'' jawab anak muda itu.
''Sukakah kamu bila itu terjadi pada saudara perempuanmu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah.'' ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada anak perempuanmu?.'' ''Tidak, demi Allah.'' Sukakah kamu bila itu terjadi pada istrimu?'' Anak muda itu menjawab, ''Tidak, Demi Allah.''
Rasulullah lalu berkata, ''Demikianlah halnya dengan semua perempuan, mereka itu berkedudukan sebagai ibu, saudara perempuan, istri, atau anak perempuan.'' Kemudian beliau meletakkan telapak tangannya di dada pemuda itu, lalu mendoakannya.
Alangkah indahnya teladan Rasulullah SAW. Begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang. Nasihatnya tak menyakitkan si pendengarnya, bahkan menyadari kekeliruan yang dibuatnya. Dan si pendengar tidak menganggap nasihat itu sebagai sebuah larangan, melainkan contoh yang akan terjadi terhadap dirinya dan keluarganya.
Inilah yang menjadi tantangan dan tugas pada dai untuk mengajak umat menuju kebaikan, serta menghindarkan mereka dari perbuatan dosa. Rasulullah SAW telah mengajarkan dan mencontohkan cara berdakwah yang baik dan penuh hikmah. Wa Allahu a'lam.
Sabtu, 01 Mei 2010, 05:35 WIB
ilustrasi
Oleh Hamdi SSos
''Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.'' (QS Al-Anbiyaa : 107). Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia. Dalam berdakwah, Rasul SAW senantiasa mengajak umatnya dengan cara yang lembut, sopan, bijaksana, kasih sayang, dan penuh keteladan.
Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman. Dalam Alquran, Allah SWT memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara, yakni bil hikmah, mau'izhah hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan. ''Ajaklah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (bijaksana), pelajaran (nasihat) yang baik, dan cegahlah mereka dengan cara yang baik.'' (QS An-Nahl: 125).
Karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan segala bentuk praktik kotor dengan mengatasnamakan dakwah. Misalnya, memanipulasi atau menjual ayat-ayat Allah demi keuntungan sesaat, mengeksploitasi potensi umat demi kepentingan pribadi atau melakukan pemaksaan dan tindakan anarkis atas nama agama.
Dalam berdakwah, Rasulullah SAW mendahulukan prinsip rahman (kasih sayang), karena beliau diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiyaa : 107). Sebab, dengan cara ini, metode dakwah lebih berjalan efektif untuk memberikan kesadaran umat.
Seorang pemuda pernah bertemu dan bertanya pada Rasul SAW. ''Ya Rasulullah, izinkan saya berzina.'' Rasul memandangi pemuda tersebut dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya berdialog. ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada ibumu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah,'' jawab anak muda itu.
''Sukakah kamu bila itu terjadi pada saudara perempuanmu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah.'' ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada anak perempuanmu?.'' ''Tidak, demi Allah.'' Sukakah kamu bila itu terjadi pada istrimu?'' Anak muda itu menjawab, ''Tidak, Demi Allah.''
Rasulullah lalu berkata, ''Demikianlah halnya dengan semua perempuan, mereka itu berkedudukan sebagai ibu, saudara perempuan, istri, atau anak perempuan.'' Kemudian beliau meletakkan telapak tangannya di dada pemuda itu, lalu mendoakannya.
Alangkah indahnya teladan Rasulullah SAW. Begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang. Nasihatnya tak menyakitkan si pendengarnya, bahkan menyadari kekeliruan yang dibuatnya. Dan si pendengar tidak menganggap nasihat itu sebagai sebuah larangan, melainkan contoh yang akan terjadi terhadap dirinya dan keluarganya.
Inilah yang menjadi tantangan dan tugas pada dai untuk mengajak umat menuju kebaikan, serta menghindarkan mereka dari perbuatan dosa. Rasulullah SAW telah mengajarkan dan mencontohkan cara berdakwah yang baik dan penuh hikmah. Wa Allahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar