M I S K I N
Sat, May 1st 2010, 09:10
Miskin
Jarjani Usman - Tafakur
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibandingkan shalat sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hidup miskin memang kadangkala tidak enak. Serba terbatas dalam banyak hal. Namun sesungguhnya, banyak cara menghindari kemiskinan dalam hidup ini, meskipun tak banyak orang mau memahami dan menempuhnya.
Tentunya, yang pertama sekali perlu dilakukan adalah membentuk pemahaman bahwa kemiskinan bukan satu bentuk saja. Kemiskinan bukan hanya dalam bentuk harta benda, tetapi juga dalam bentuk pahala dan jiwa. Kenyataannya, tidak sedikit orang yang malas melakukan sesuatu yang bisa memperkaya pahala, tak terkecuali dalam beribadah. Dalam shalat, misalnya, ada pahala yang ditawarkan dalam jumlah banyak dan ada juga dalam jumlah sedikit. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, shalat sendirian berbeda sekali jumlah pahalanya dibandingkan shalat berjamaah. Namun demikian, hanya sedikit orang yang mau memperoleh kekayaan pahala dengan melakukan shalat berjamaah.
Demikian juga dengan kemiskinan jiwa. Menurut para ulama, orang yang miskin jiwanya akan sulit merasakan ketenangan dalam hidup ini. Orang lain memperoleh suatu kesenangan akan menjadi sumber yang menyakitkan hatinya. Sedikit saja muncul kesusahan rasanya hidup ini sudah berakhir, seakan-akan Tuhan tiada.
Padahal seringkali kesusahan menambah kekuatan bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Kesusahan menantang akal untuk berpikir lebih dalam dan cara-cara menyelesaikan masalah hidup yang beragam. Semakin mampu menyelesaikan suatu persoalan hidup yang rumit, semakin kaya jiwa seseorang. Sebab, semakin bertambah rasa percaya dalam hidup ini dan bahkan semakin berani mencoba tantangan baru. Yang lebih penting lagi, ketika rasa percaya diri dalam hidup ini sudah dimiliki seseorang, semakin muncul keyakinan bahwa Allah tidak mencoba kecuali sesuai dengan kemampuan seseorang hamba.
Miskin
Jarjani Usman - Tafakur
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibandingkan shalat sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hidup miskin memang kadangkala tidak enak. Serba terbatas dalam banyak hal. Namun sesungguhnya, banyak cara menghindari kemiskinan dalam hidup ini, meskipun tak banyak orang mau memahami dan menempuhnya.
Tentunya, yang pertama sekali perlu dilakukan adalah membentuk pemahaman bahwa kemiskinan bukan satu bentuk saja. Kemiskinan bukan hanya dalam bentuk harta benda, tetapi juga dalam bentuk pahala dan jiwa. Kenyataannya, tidak sedikit orang yang malas melakukan sesuatu yang bisa memperkaya pahala, tak terkecuali dalam beribadah. Dalam shalat, misalnya, ada pahala yang ditawarkan dalam jumlah banyak dan ada juga dalam jumlah sedikit. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, shalat sendirian berbeda sekali jumlah pahalanya dibandingkan shalat berjamaah. Namun demikian, hanya sedikit orang yang mau memperoleh kekayaan pahala dengan melakukan shalat berjamaah.
Demikian juga dengan kemiskinan jiwa. Menurut para ulama, orang yang miskin jiwanya akan sulit merasakan ketenangan dalam hidup ini. Orang lain memperoleh suatu kesenangan akan menjadi sumber yang menyakitkan hatinya. Sedikit saja muncul kesusahan rasanya hidup ini sudah berakhir, seakan-akan Tuhan tiada.
Padahal seringkali kesusahan menambah kekuatan bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Kesusahan menantang akal untuk berpikir lebih dalam dan cara-cara menyelesaikan masalah hidup yang beragam. Semakin mampu menyelesaikan suatu persoalan hidup yang rumit, semakin kaya jiwa seseorang. Sebab, semakin bertambah rasa percaya dalam hidup ini dan bahkan semakin berani mencoba tantangan baru. Yang lebih penting lagi, ketika rasa percaya diri dalam hidup ini sudah dimiliki seseorang, semakin muncul keyakinan bahwa Allah tidak mencoba kecuali sesuai dengan kemampuan seseorang hamba.
Komentar
Posting Komentar