PENGERTIAN HASIL BELAJAR
PENGERTIAN HASIL BELAJAR
Oleh : Ir. Zakaria Ibrahim, MM
2.2. Pengertian Hasil Belajar
Padanan istilah belajar dan pembelajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan asing ialah “Learning and Instructions”. Istilah Learning seperti dikemukakan oleh
Oleh “ROMIS ZOWSKI” (1981), merujuk pada proses pengajaran berpusat pada tujuan atau Goal Directed Teaching Process yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya, karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam kontek pengalaman yang memang sebagian besar telah dirancang. Oleh sebab itu istilah Instructional sering diartikan sebagai proses pembelajaran, yakni proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan unsur kesengajaan dari pihak diluar individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari proses instructional. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja. Mengenai bagaimana proses belajar (proses perubahan prilaku) terjadi telah banyak diteorikan para ahli pskologis. Secara global ada dua pendekatan Psikologis dalam melihat proses belajar yakni pendekatan Connectionist or Behaviorist di satu pihak dan pendekatan Cognitif or Cognitive Field dilain pihak. Pendekatan pertama melihat proses belajar sebagai proses terjadinya hubungan antara stimulus arau rangsangan dengan respon atau jawaban atau antara respon dengan perbuatan atau Reiforcement. Pendekatan kedua dilain pihak melihat proses tidak semata-mata hasil hubungan stimulus dan respon tetap lebih merupakan hasil dari kemampuan mental individu dalam melakukan fungsi-fungsi Psikologis seperti konsep atau ingatan dengan kata lain pendekatan pertama menekankan pada unsure diluar individu, sedang pendekatan kedua menitik beratkan pada potensi diri individu.
“BARNER” (1966), dilain pihak dengan pandangannya kognitifnya melihat belajar bukan semata merupakan unit prilaku yang pasif, yang terlahir akibat stimulus tetapi merupakan proses aktif, dimana individu menggunakan prinsip dan hokum penerapannya. Dengan kata lain proses belajar bukan hanya terjadi pada diri individu seperti dalam model Operant Conditioning tetapi merupakan suatu proses dimana individu sendiri sengaja membuat hal itu terjadi melalui proses menerima dan menggunakan informasi.
Dari sudut perbandingan yang lain, GAGNE berpendapat bahwa memang belajar dipengaruhi oleh dua hal yakni variabel dalam diri individu dan diluar individu yang saling berinteraksi, nampaknya pandangan ini bersifat Elektis (perpaduan) dari esensi pendanan Behaviorisme dan konsep dualisme instrumental. Dengan pandangan elektisnya ini GAGNE merinci proses belajar menjadi 8 jenis belajar yakni :
Jika kembali kepada konsep instruksional atau pembelajaran dan pengajaran dalam kaitannya dengan konsep belajar dapat dikemukakan bahwa pengajaran atau pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan prilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran namun harus diberi catatan bahwa tidak semua proses belajar terjadi karena adanya proses pembelajaran seperti belajar daro pengalaan sendiri.
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksudkan dengan kesiapan atau “Readness” istilah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal ini terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa.
Yang termasuk dalam kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik intelegensi latar belakang pengalaman hasil belajar yang bagus, motivasi, persepsi dan faktor-faktor yang memungkinkan seseorang dapat belajar. Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
kesiapan belajar harus dikaji bahkan diduga, hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapatkan gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
Bahan-bahan kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan dengan faktor kesiapan kognitif, efektif dan psikomotor dari berbagai individu.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Sujanto, 1987. Psikologi Perkembangan Gema Insani. Press,
Amin Ganda.M, 1980. Pengelolaan Laboratorium.
Anonimous, 1990. Kamus Besar Bahasa
G. Mayer Siagian, 1982. Pedoman Pengelolaan Laboratorium SMTP dan SMTA. Karya Utama
Hartono, 2004. Statistik Untuk Penelitian, Laboratorium pelajar,
H.Hadari Nawawi, 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaannya, Gunung Agung,
Koestoer Partowisastro, 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Erlangga,
Ngalim Purwanto M., 1994. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya,
Soemardji, 1988. Laboratorium Organisasi dan Tata Kerjanya. Kanisius,
Soemanto, W, 1983. Psikologi Pendidikan. Bina Aksara,
Subandijah, 1993. Pengembangan Kurikulum. Gema Insan Press,
Sumadi Suryabrata, 1992. Metodelogi Penelitian. Rajawali Press, Universitas Gajah Mada,
Towo P.Hamakonda, MLS, Set. al, 1996. Pengatur Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Bapak Gunung Mulia,
Komentar
Posting Komentar